Selasa, 23 November 2010

Planet diluar galaksi bima skti ditemukan

WASHINGTON, KOMPAS.com — Untuk kali pertama, para ilmuwan menemukan sebuah planet di luar galaksi Bima Sakti, bukan hanya di luar tata surya. Selama ini, planet-planet asing di luar tata surya kita atau sering disebut planet ekstrasolar selalu ditemukan di dalam bagian galaksi Bima Sakti.

Namun, sebuah planet yang baru-baru ini terdeteksi diketahui berada di luar tepian galaksi yang mengorbit sebuah bintang yang tengah sekarat pada jarak 2000 tahun cahaya dari Bumi. Planet tersebut berukuran sedikit lebih besar dari Jupiter, planet terbesar di tata surya, dan sama-sama termasuk jenis planet gas panas.

"Penemuan ini sangat mengejutkan. Karena jaraknya yang sangat jauh, selama ini tidak ada planet-planet yang terdeteksi di galaksi lainnya," ujar Rainer Klement dari the Max Planck Institute of Astronomy, Kamis (18/11/2010). Yang lebih mengejutkan lagi, kepala ilmuwan yang meneliti planet tersebut adalah astronom asal Indonesia yang bekerja di the Max Planck Institute, Johny Setiawan.

Johny Setiawan dan timnya berhasil mendeteksi lokasi bintang dan planet tadi setelah memusatkan perhatian pada sebuah denyut gelombang di permukaan bintang akibat gaya gravitasi planet dan bintang yang sedang mengorbit. Mereka menggunakan teleskop yang dimiliki Laboratorium Selatan Eropa di Observatorum La Silla, Cile, yang dibangun di ketinggian 2.400 meter dan terletak sekitar 600 kilometer utara ibu kota Santiago.

Planet tersebut diberi nama HIP 13044 b. Sistem planet dan bintang tersebut diduga bagian dari arus helmi, sekelompok bintang yang tercerai-berai dari galaksi mini yang hancur setelah disedot galaksi Bima Sakti antara 6 dan 9 miliar tahun lalu. Planet dan bintang tersebut juga diperkirakan tengah bergerak ke arah Bima Sakti sebelum melebur.

Bintang merah raksasa

Bintang yang dikelilingi planet HIP 13044 b itu termasuk jenis bintang merah raksasa yang sedang memasuki fase kehancurannya. Ukurannya menggembung menjadi sangat besar karena hampir seluruh energi dari intinya telah dilepaskan. Planet menjadi sangat panas karena mengorbit dekat sekali dengan bintang tersebut.

Selain mengorbit sangat dekat, planet tersebut mengelilingi bintangnya dengan sangat cepat dan dalam periode 16 hari saja. Para ilmuwan pun memperkirakan umur planet tersebut tidak lama sebelum hancur menabrak bintangnya.

"Penemuan ini sangat menarik untuk melihat masa depan sistem tata surya kita karena Matahari juga diperkirakan akan menjadi bintang merah raksasa lima miliar tahun lagi," ujar Johny.

Kamis, 26 Agustus 2010

Mekah : Pusat Waktu Dunia ?

Beberapa waktu yang lalu, beberapa media memberitakan tentang pemerintah Arab Saudi yang membangun sebuah jam gadang di kota Mekah dan bermaksud menjadikan Mekah sebagai pusat waktu dunia menggantikan GMT (Greenwich Mean Time) yang telah digunakan selama 125 tahun.

Apa yang dimaksud dengan pusat waktu dunia ?

Sir Stanford Fleming membagi zona waktu menjadi 15 derajat, maksudnya, setiap tempat dibumi yang memiliki perbedaan posisi bujur sebesar 15 derajat maka akan berbeda waktu selama satu jam. Bumi memerlukan waktu 24 jam untuk melakukan rotasi, maka 360 derajat dibagi 24 jam adalah 15 derajat garis bujur. Pusat waktu dunia merupakan pusat waktu kesepakatan dengan cara menentukan posisi bujur nol, yang membelah bumi menjadi dua bagian.

Pusat waktu dunia saat ini mengacu pada Greenwich, sebuah kota di tenggara London, Inggris, berdasarkan konferensi internasional di Washington DC, Amerika Serikat yang diikuti oleh 41 negara pada tahun 1884, menetapkan Greenwich sebagai bujur nol atau titik nol acuan garis bujur yang membelah bumi menjadi bagian timur GMT dan bagian barat GMT. Pada waktu itu, Perancis tidak sepakat dan memilih menggunakan PMT (Paris Meridian Time), baru pada tahun 1911 Perancis ikut menggunakan GMT.

Posisi Indonesia dari Greenwich adalah 95 derajat sampai 141 derajat Bujur Timur (BT). Posisi 95 derajat BT dibagi 15 derajat adalah 7 jam. Maka, bila di London adalah pukul 24.00, maka di Indonesia bagian barat adalah pukul 07.00 atau +7 GMT. Penentuan waktu ini juga digunakan pada komputer, anda dapat melihatnya pada “Time Zone” komputer yang menunjukkan (GMT+07:00) Bangkok, Hanoi, Jakarta.

Mengapa Mekah diajukan menjadi pusat waktu dunia ?

Ini bukanlah wacana baru, seminar internasional sehubungan dengan Mekah akan menggantikan GMT telah di adakan di Qatar pada tahun 2008. Sejumlah ilmuwan menganggap Mekah adalah “pusat bumi”, hal ini diungkapkan oleh Ilmuwan Mesir Prof. Dr. Hosien Kamal El Din Ibrahim yang membuat peta batu dunia dan menunjukkan posisi Mekkah yang berada ditengah bumi. Kesimpulan ini diperoleh dengan menggunakan perhitungan matematika dan spherical triangle, yang tentu saja dibantu program komputer. Peneliti Mesir Abdel-Baset al-Sayyed juga mengklaim bahwa Mekah adalah daerah tanpa kekuatan magnetik atau “zona nol magnet”.

Pemindahan pusat waktu dunia, bukanlah “perkara gampang”, diperlukan kesepakatan dunia internasional untuk dapat melakukan hal ini, mungkin banyak yang menganggap pemindahan pusat waktu dunia hanya akan “membuang waktu” dan “biaya”. Tapi, apabila memang kajian Prof. Dr. Hosien Kamal El Din Ibrahim memang terbukti secara ilmiah, tidak ada salahnya ilmuwan diseluruh dunia untuk dapat menerima ini, karena penentuan pusat waktu dunia mungkin bisa dimana saja, tergantung pada kesepakatan bersama yang didukung dengan perhitungan ilmiah yang akurat.

Ditemukan, Obyek Tertua di Tata Surya

Jakarta- Ilmuwan berhasil menemukan mineral baru seukuran kacang polong di dalam batuan meteorit. Ini dianggap sebagai obyek tertua di sistem tata surya.

Mineral yang berusia 4.568 miliar tahun ini telah mendorong umur sistem tata surya menjadi lebih ‘tua’ sekitar 2 juta tahun. Tidak hanya itu, ledakan bintang dianggap menjadi penyebab materi tersebut dapat terjaga di tata surya kita.

Mineral seberat 1,5 kilogram tersebut berada di dalam meteor NWA 2364 yang ditemukan tahun 2004 di Maroko. Meteor ini dipercaya berasal dari sabuk asteroid antara Mars dan Yupiter.

Namun, tes terbaru menunjukkan bahwa mineral di dalam benjolan yang disebut calcium-aluminium inclusions ini telah hadir bahkan sebelum keberadaan sabuk asteroid. Mineral tertua ini mungkin dibentuk saat awan gas antarbintang dan debu (nebula) telah runtuh dan membentuk matahari. Kejadian tersebut bisa menjadi teori pembentukan matahari.

“Setelah hancurnya nebula matahari, materi mulai mengembun karena suhu menurun. Proses selanjutnya adalah pembentukan inklusi,” kata penulis utama studi ini, Audrey Bouvier peneliti bersama di Center for Meteorite Studies, Arizona State University.

Bouvier dan rekannya, Meenakshi Wadhwa, mengukur rasio isotop atau komponen yang sering muncul dalam sebuah materi sebagai cara pengukuran usia suatu benda.

“Umur materi ini sekitar 0,3 hingga 1,9 juta tahun lebih tua dari perkiraan sebelumnya. Ini menjadi materi tertua dalam sejarah.”

Tidak hanya itu, penemuan ini juga mendukung teori supernova yang memicu keberadaan nebula matahari kuno dengan materi berat di mana memicu ledakan sekitar 4,57 miliar tahun lalu.

“Saya pikir ini cukup penting dipahami oleh berbagai pihak bahwa materi tersebut menampilkan keadaan sistem tata surya kita yang terkait dengan bintang lain,” kata Bouvier.

Fenomena 4 Matahari di China di Luar Kebiasaan

Jakarta – Munculnya 4 matahari di China yang sempat menghebohkan, hanyalah fenomena biasa. Namun fenomena itu di luar kebiasaan karena harusnya hanya muncul 2 matahari.

Fenomena sun dog yang terjadi di China itu pada awal pekan lalu itu biasanya hanya memunculkan dua pembiasan cahaya matahari. Namun karena muncul empat, maka fenomena itu memiliki kekhususan tersendiri.

“Lazimnya terjadi dua cahaya di kanan dan kiri halo. Kalau 4 memang jarang terjadi,” kata Thomas Djamaludin, peneliti senior astronomi dan astrofisika di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).

Ia menjelaskan banyaknya cahaya yanag muncul itu akibat pembiasan cahaya dan berdasarkan tingkatan kristal awan. “Lapisan kristal awan mungkin terdiri dari beberapa lapis. Lingkaran halo selanjutnya memunculkan efek pembiasan dari beberapa sun dog,” katanya.

Fenomena sun dog biasanya muncul di pagi hari saat matahari masih berada di dekat kaki langit. Jika terjadi di siang hari saat kristal es cukup tinggi biasanya hanya menampilkan fenomena halo.

“Sun dog dan halo biasa terjadi di musim dingin. Itu bukan hal aneh. Setiap muncul kristal es di arah matahari terbit, maka potensi sun dog akan terus ada,” kata Thomas lagi.

Fenomena sun dog juga pernah terjadi di Thailand dan Kazakhtan, pada Februari 2007.

Ilmuwan Wujudkan Kunci Fusi Nuklir

INILAH.COM, Jakarta - Ilmuwan AS memproduksi tembakan sinar laser dengan tingkat energi yang belum pernah dicapai sebelum. Pencapaian ini menjadi langkah kunci menuju reaksi fusi nuklir, demikian US National Nuclear Security Administration (BATAN-nya AS).

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, para ilmuwan menyasar satu megajoule energi dengan menembakkan 192 sinar laser secara bersamaan pada suhu 111 juta Celcius, demikian Badan itu dalam pernyataannya.

Megajoule adalah satuan internasional untuk energi, diambil dari nama fisikawan James Prescout Joule.

"Menghasilkan megajoule energi membuat kita satu langkah lebih dekat ke pembakaran fusi (reaksi penggabungan inti atom)," kata administratur badan nuklir AS itu, Thomas D'Agostino, dalam satu pernyataannya.

"Tonggak bersejarah ini adalah contoh mengenai bagaimana investasi nasional bangsa kita menghasilkan kemanfaatan di berbagai bidang, dari kemajuan di bidang teknologi energi, sampai kepada pemahaman yang lebih baik akan alam semesta."

Reaksi fusi nuklir adalah bentuk energi yang menggerakkan matahari dan bintang-bintang serta menjadi energi alternatif yang secara potensial bersih dan tak berbatas untuk menggantikan cadangan energi fosil yang kian berkurang, namun ketentuan bahwa produksinya mesti terkendali telah membuat para ilmuwan menghindar untuk menelitinya.

Badan atom AS ini mengatakan bahwa dalam upaya menunjukkan reaksi fusi, para ilmuwan memokuskan tembakan laser ini ke sebuah silinder seukuran penghapus pensil memuat target kecil berisikan bahan bakar yang terdiri dari deuterium dan tritium, dua isotop Hidrogen.

Energi laser ini dikonversikan menjadi sinar-X, yang mengkompresi bahan bakar sampai mencapai temperatur dan tekanan tinggi yang jutaan kali lebih besar dari tekanan atmosfer Bumi, demikian pernyataan itu.

Proses ini menyebabkan inti Hidrogen melebur dan kemudian melepaskan energi yang menjadi tahap awal menuju proses fusi nuklir.

Sebaliknya, reaksi fisi nuklir (pembelahan inti atom), yang memerlukan pemisahan inti-inti atom untuk melepaskan energi, tetap ditentang karena keprihatinan keamanan dan limbah radioaktif yang berbahaya dalam jangka waktu lama.